Asri's Blog
Kamis, 21 Januari 2016
Tugas Sistem Informasi Psikologi (Softskill)
Nama : Asri Puspaningsih
Kelas : 4PA04
Kelompok Bidik Jarwa
Anggota kelompok :
1. Amanda Febrianti
2. Anggi Fitaloka
3. Muliati Kala Bombang
4. Muthmainnah
5. Ratih Purwasih
6. Sri Joko S
7. Tiara Nabila
Berikut adalah link untuk tugas kelompok kami bidikjarwadotcom.wordpress.com
Rabu, 07 Oktober 2015
Niat belajar nulis cerita fiksi eh malah nulis curhatan, kan ga penting.
Dan aku tersudut
ditemani dinding yang setia mengajaku berbicara memecahkan keheningan ini. Banyak
rencana yang sebagian besar hanya menjadi sebuah rencana. Banyak rencana yang
bahkan aku sendiri belum yakin untuk mengubahnya menjadi mantan rencana. Satu persatu
rencana itu kadaluarsa dan disetiap prosesnya hanya dapat aku sesali. Kenapa aku
selalu merasa ragu terhadap rencana ku itu? Lalu jika aku ragu, untuk apa aku
membuatnya? Tapi bukankah setiap orang boleh membuat rencana?
Kemudian tiba-tiba
muncul dibenak ku sebuah kata yang sangat familiar dan sedikit aku benci, yaitu
kata “sendiri”.
Kenapa “sendiri” itu
selalu membayang-bayangi ku? Kenapa aku selalu merasa “sendiri”? kenapa “sendiri”?
Sen-di-ri? Apa itu sendiri? Sendiri itu apa ya? Kenapa “sendiri” selalu
menemani ku?
Banyak orang bilang, “kamu
ga sendiri kok, kami selalu bersamamu”. Tapi apakah kalian tau bahwa kalimat
yang terdiri atas 7 kata itu tidak menggoyahkan kuatnya 1 kata yang mungkin
sudah tertanam dalam sini. Satu hal yang aku sadari penuh bahwa kesendirian itu
memang datangnya dari diriku sendiri. Jadi jika ingin menghilangkan kesendirian
juga harus dating dari diri sendiri. Aku tersangkanya? Ya!
Aaahhhh… sekarang pake
bahasa non-formal biar gahol…
Dampak yang ditimbulkan
kalo orang udah ngerasa “sendiri” itu salah satunya adalah “cemburu”. Ini si
menurut apa yang aku rasain aja ya. Contohnya nih, cemburu ketika kita ga bisa ikut
main sama temen-temen sedangkan mereka foto-foto bareng, otomatis ga akan
nongol muka kita kan di foto itu. Fakta bahwa kita ga akan nongol di arsip foto
mereka itu sangat menyedihkan dan yang paling menyedihkan adalah kita tau
dengan sendirinya tanpa mereka kasih tau. Ouuchh… menyayat hati (hatiku aja
kali ya).
Terus kalo udah
lebay-lebay bilang hal ini menyayat hati, muncul pertanyaan “kenapa kamu ga
ikut aja? Lebay amat”. Haha ini ujung-ujungnya curhat yaa… depannya udah
gaya-gayaan kaya penulis blog professional eeeh ujungnya curhat ga penting
juga. Semoga temenku yang satu itu juga ga baca, amiiin.
Nasehat buat diri
sendiri:
Kalo kamu ga mau ngerasa
sendiri, yang pertama cobalah untuk tidak egois. Banyakin ngobrol sama temen. Jangan
nunggu temen yang hubungin kamu, tapi kamu duluan yang hubungi mereka! Ga mau? Balik
lagi kekalimat pertama.
The
Power of Introvert? Bahkan aku terlalu pesimis untuk kalimat itu.
Tapi
sebagai orang yang beriman harus bias selalu optimis! Oke aku optimis! Optimis optimis
optimis! Fighting!
Sabtu, 06 Juni 2015
Hanya Ingin Curhat
JANGAN DIBACA! INI NOTHING.
maaf mungkin tulisan ini ga ada manfaat atau faedahnya buat siapa pun, tapi aku cuma mau corat coret aja. mau curhat di buku, rasanya males bgt mau nulisnya pegel. mau curhat sama orang, rasanya ga penting bgt curhatan ku ini buat orang yang dengerin. jadi yaudah nulis di sini aja mumpung ada internet.
kemaren tuh tgl 29 mei aku ada libur nyampe tgl 7 juni, tadinya aku pengen pulang tp kok ya muncul rasa males karena perjalannanya lamaaaa... apalagi dompet lagi tipis bgt. jadinya aku ga pulang. aku tuh pengen pulang karena, udah lama bgt dari tgl 29 desember 2014 sampai sekarang tgl 7 juni 2015 aku blm pulang. kangen bgt pengen ketemu ibu bapak kakak adek kakek nenek keponakan. ini rekor terbaruku lebih dari 5 bulan belum pulang ke rumah. sebenernya sebulan ga pulang aja rasanya kangen bgt. kalo rasa rasanya aku kepengen nangis tp ga tau penyebabnya apa, itu artinya tanda tanda aku lg kangen berat sama keluarga. dan aku terus menekannya selama 5 bulan belakangan ini. kemaren itu nyesel karena ga jadi pulang, ya namanya juga penyesalan. tp setidaknya penyesalan itu sedikit berkurang karena di hari ulang tahun ku yg ga bikin aku excited itu, ada temen temen ku dateng ke rumah. itu membuatku lebih baik. kenapa ya aku selalu mikir kalo setiap orang berbuat baik kepadaku itu sangat berarti bagi ku? sedangkan aku mikirnya kalo aku tu ga ada artinya buat mereka? ga ada yg bisa aku lakukan. aku berusaha menghilangkan pikiran negatif ku ini, tp selalu muncul. entahlah. anyway terimakasih banyak ya teman teman udah dateng udah ujan ujannan bareng makan bubur bareng, kalian bikin hariku ga seburuk yg sudah aku pikirkan.
pas di rumah sakit, aku ketemu orang. kata dia, dia bisa ngitung ngitung nama orang. kata dia, aku itu orangnya ga tegaan, gampang nangis, paling susah kalo dinasehatin, plin plan. pengen deh ada orang lain yg tau sifat ku itu. ya walaupun ga ada manfaatnya juga, tp aku haus akan perhatian (yeelaaah kasian amat idup lu sri). entahlah.....
sudahlah, terimakasih udah mau dicorat coret yaa gugle. maaf ini penulisannya ga bener, banyak singkatan ga jelas, dan kurang bermanfaat. terimakasiih :)
miss you ibu bapak dan semuanya.
Rabu, 25 Maret 2015
Psikoterapi # (tugas 6)
Logotherapi (Frankl)
A.
Konsep
Dasar Tentang Kepribadian
Kerangka
pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat
digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam
hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja,
tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi
keinginannya untuk hidup bermakna (the
will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup
yang bermakna (meaningful life) dan
ganjaran (reward) dari hidup yang
bermakna adalah kebahagiaan (happiness).
Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami
kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari
penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak
teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
B.
Unsur
– Unsur Terapi
1. Munculnya Gangguan
Logoterapi
ini biasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena biasanya orang yang
stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko
mencederai diri dan orang lain.
2. Tujuan Terapi
Tujuan
dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a. Memahami adanya potensi dan sumber
daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras,
keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. Menyadari bahwa sumber-sumber dan
potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
c. Memanfaatkan daya-daya tersebut
untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi
berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas
hidup yang lebih bermakna
3. Peran Terapis
Peranan
dan Kegiatan Terapis
Menurut
Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan
secara singkat di bawah ini.
a. Menjaga hubungan yang akrab dan
pemisahan ilmiah.
Terapis
pertama-tama harus menciptakan hubungan antara klien dengan mencari
keseimbangan antara dua ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati)
dan pemisahan secara ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam
teknik terapi).
b. Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya
adalh terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena
logotherapy digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut
nilai-nilai dan masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang
bermakna, makna cinta, makna penderitaan, dan sebagainya.
c. Terapis bukan guru atau pengkhotbah
Terapis
adalah seorang spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan
kepada klien untuk melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis
yang menyajikan dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.
d. Memberi makna lagi pada hidup
Salah
satu tujuan logotherapy adalah
menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan
memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan
potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.
e. Memberi makna lagi pada penderitaan
Di
sini, terapis harus menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya
dengan menciptakan sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan
menderita. Manusia akan mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami
kesulitan atau penderitaan.
f. Menekankan makna kerja
Tugas
terapis adalah memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai
yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap
hidup dipikul oleh setiap orang dengan menjawab kepada situasi-situasi yang
ada. Ini dilakukan bukan dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran
akan tanggung jawab timbul dari kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan
unik.
g. Menekankan makna cinta
Tugas
terapis adalah menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau
tidak mengacaukan cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi
pengalaman orang lain dalam semua keunikan dan keistimewaannya.
C.
Teknik–teknik
Logotherapy
1. Intensi Paradoksikal
Teknik
intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus
kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi
individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal
adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
2. Derefleksi
Derefleksi
merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada
suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan
kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu
diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak
nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang
positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian
mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya
pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman,
1995).
3. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus
digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada
penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak
dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode
ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan
sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik
penderitaan tersebut.
Sumber:
Basuki,
Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta. Gunadarma.
http://dhenytiyan.blogspot.com/2014/04/psikoterapi-2-terapi-humanistik.html
(diakses 25 Maret 2015)
http://zydarizqian9.blogspot.com/2013/04/makalah-teori-konseling-psikoanalisis.html
(diakses 25 Maret 2015)
Psikoterapi # (tugas 5)
Person Centered Therapy (Rogers)
A. Kosep Dasar Pandangan Carl Rogers
tentang Kepribadian
Sebagaimana ahli Humanistik umumnya,
Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi
individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi
diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan
menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Konsep Dasar:
1. Menekankan pada dorongan dan
kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat
dan menyesuaikan diri.
2. Menekankan pada unsur atau aspek
emosional dan tidak pada aspek intelektual.
3. Menekankan pada situasi yang
langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
4. Menekankan pada hubungan terapeutik
sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
A. Unsur-unsur
Terapi
1. Munculnya gangguan
Carl Rogers, berpendapat bahwa orang-orang memiliki
kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan
diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain
menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Pendekatan
humanistic Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk
lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan
kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik.
2. Tujuan Terapi
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan
tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari
terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis
memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan –
perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan
perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang
tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan
kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa
memberi penilaian.
3. Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar
pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik
yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa
sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan
pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan
dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim
terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang
I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan
merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah
dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan
mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya
fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
B. Teknik-teknik
Terapi
Untuk terapis person–centered,
kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya
bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :
1.
Empathy
Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama
dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati
adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka.
Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati
dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah
pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.
2.
Positive Regard (acceptance)
Positive Regard yang di kenal juga sebagai
akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi –
sangat menghargai klien karena keberadaannya.
3.
Congruence
Congruence atau Kongruensi adalah kondisi
transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan –
pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya
bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
Sumber:
Basuki,
Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta. Gunadarma.
http://dhenytiyan.blogspot.com/2014/04/psikoterapi-2-terapi-humanistik.html
(diakses 25 Maret 2015)
http://zydarizqian9.blogspot.com/2013/04/makalah-teori-konseling-psikoanalisis.html
(diakses 25 Maret 2015)
Langganan:
Postingan (Atom)