Rabu, 07 Oktober 2015

Niat belajar nulis cerita fiksi eh malah nulis curhatan, kan ga penting.

Dan aku tersudut ditemani dinding yang setia mengajaku berbicara memecahkan keheningan ini. Banyak rencana yang sebagian besar hanya menjadi sebuah rencana. Banyak rencana yang bahkan aku sendiri belum yakin untuk mengubahnya menjadi mantan rencana. Satu persatu rencana itu kadaluarsa dan disetiap prosesnya hanya dapat aku sesali. Kenapa aku selalu merasa ragu terhadap rencana ku itu? Lalu jika aku ragu, untuk apa aku membuatnya? Tapi bukankah setiap orang boleh membuat rencana?
Kemudian tiba-tiba muncul dibenak ku sebuah kata yang sangat familiar dan sedikit aku benci, yaitu kata “sendiri”.
Kenapa “sendiri” itu selalu membayang-bayangi ku? Kenapa aku selalu merasa “sendiri”? kenapa “sendiri”? Sen-di-ri? Apa itu sendiri? Sendiri itu apa ya? Kenapa “sendiri” selalu menemani ku?
Banyak orang bilang, “kamu ga sendiri kok, kami selalu bersamamu”. Tapi apakah kalian tau bahwa kalimat yang terdiri atas 7 kata itu tidak menggoyahkan kuatnya 1 kata yang mungkin sudah tertanam dalam sini. Satu hal yang aku sadari penuh bahwa kesendirian itu memang datangnya dari diriku sendiri. Jadi jika ingin menghilangkan kesendirian juga harus dating dari diri sendiri. Aku tersangkanya? Ya!
Aaahhhh… sekarang pake bahasa non-formal biar gahol…
Dampak yang ditimbulkan kalo orang udah ngerasa “sendiri” itu salah satunya adalah “cemburu”. Ini si menurut apa yang aku rasain aja ya. Contohnya nih, cemburu ketika kita ga bisa ikut main sama temen-temen sedangkan mereka foto-foto bareng, otomatis ga akan nongol muka kita kan di foto itu. Fakta bahwa kita ga akan nongol di arsip foto mereka itu sangat menyedihkan dan yang paling menyedihkan adalah kita tau dengan sendirinya tanpa mereka kasih tau. Ouuchh… menyayat hati (hatiku aja kali ya).
Terus kalo udah lebay-lebay bilang hal ini menyayat hati, muncul pertanyaan “kenapa kamu ga ikut aja? Lebay amat”. Haha ini ujung-ujungnya curhat yaa… depannya udah gaya-gayaan kaya penulis blog professional eeeh ujungnya curhat ga penting juga. Semoga temenku yang satu itu juga ga baca, amiiin.
Nasehat buat diri sendiri:
Kalo kamu ga mau ngerasa sendiri, yang pertama cobalah untuk tidak egois. Banyakin ngobrol sama temen. Jangan nunggu temen yang hubungin kamu, tapi kamu duluan yang hubungi mereka! Ga mau? Balik lagi kekalimat pertama.
The Power of Introvert? Bahkan aku terlalu pesimis untuk kalimat itu.

Tapi sebagai orang yang beriman harus bias selalu optimis! Oke aku optimis! Optimis optimis optimis! Fighting!