Manajemen
Manajemen
berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to manage yang
secara umum berarti mengurusi. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi
pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin,
disebut “manajer”.
Untuk
mengartikan dan mendefisikan manajemen dari berbagai literartur dapat dilihat
dari tiga pengertian, yaitu :
1.
Manajemen Sebagai Suatu Proses
Melihat bagaimana cara orang mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengertian manajemen sebagai
suatu proses dapat dilihat menurut:
·
George
R.Terry
Manajemen adalah cara pencapaian tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu melalui kegiatan orang lain.
·
Haiman
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui
orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai
tujuan.
·
Stoner
Stoner mendefinisikan
manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin
dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan sumber-sumber organisasi
lainnya untuk mancapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
·
Mary Parker
Follet
Mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni untuk melakukan
sesuatu melalui orang lain.
2.
Manajemen Sebagai Suatu Kolektivitas
Yaitu merupakan suatu kumpulan orang-orang yang bekerja sama
untuk untuk mencapai tujuan bersama. Kumpulan orang-orang disini menunjukan
adanya tingkatan kepemimpinan (pimpinan atas, menengah dan bawah). Pendapat ini
dikemukakan oleh Henry Fayol.
3.
Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni
Manajemen sebagai suatu ilmu karena telah dipelajari sejak
lama dan menjelaskan tentang gejala-gejala, gejala-gejala diteliti dengan
menggunakan metode ilmiah, yaitu menggunakan bantuan disiplin ilmu lainnya
seperti ilmu sosial, filsafat, matematik dan statistic dan lain sebagainya.
Dalam praktek, istilah manajemen
dipakai dalam organisasi yang lebih besar dan berdiri sendiri dan dapat
dibedakan dengan jelas dari organisasi lain.
Kepemimpinan
Dalam kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan
kegairahan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat
prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam
membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan.
Ralph M. Stogdill mendefinisikan kepemimpinan sebagai
berikut: kepemimpinan manajerial adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
kegiatan yang berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok (Stoner,
1986:114). Sementara itu menurut A.M. Kadarman, Sj dan Jusuf Udaya kepemimpinan
didefinisikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang
lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai
kelompok (Kadarman et.al, 1992:110). Menurut Kae H. Chung dan Leon C Megginson
kepemimpinan didefinisikan sebagai kesanggupan mempengaruhi prilaku orang lain
dalam suatu arah tertentu (Kossen, 1986:181).
Sedangkan menurut Edwin A. Fleishman kepemimpinan diartikan
suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat proses
komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan (Gibson, Ivancevich and
Donnely, 1987:263). Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk tercapainya
suatu tujuan tertentu.
Adapun dua aspek bagi seorang manajer dalam menjalankan
tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu antara lain:
1.
Fungsi
kepemimpinan
Yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin di lingkungan
kelompoknya agar secara operasional berhasil guna. Seorang pemimpin mempunyai
dua fungsi yaitu:
fungsi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
sosial/pemeliharaan kelompok. Fungsi yang berkaitan dengan tugas dapat meliputi
pemberian perintah, pemberian saran pemecahan dan menawarkan informasi serta
pendapat. Sedangkan fungsi pemeliharaan kelompok/fungsi sosial meliputi semua
hal yang membentuk kelompok dalam melaksanakan tugas operasinya untuk mencapai
tujuan dan sasaran. Sebagai suatu misal persetujuan dengan kelompok lain,
menengahi ketidaksepakatan kelompok dan sebagainya. Pemimpin yang berhasil
menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik adalah pemimpin yang berhasil.
2.
Gaya
kepemimpinan
Yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam
menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
karyawan. Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal
sebagai berikut:
·
Pemimpin
memberikan petunjuk kepada bawahan.
·
Pemimpin
selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
·
Pemimpin
meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai dengan
keinginannya.
·
Pemimpin
lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan
bawahan.
Sedangkan
gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan ditandai
dengan beberapa hal sebagai berikut.
·
Pemimpin
lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada bawahan.
·
Pemimpin
melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
·
Pemimpin
lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling menghormati
di antara sesama anggota kelompok
Menurut
University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin
menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya
kepemimpinan demokratis, gaya
kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) (p. 406).
1.
Gaya
Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai
(2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan
metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi (p.
61).
Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan
autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada
dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan
secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan (p. 460). Lebih lanjut
Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (pp.
196-198):
·
Semua
kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
·
Teknik
dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga
langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
·
Pemimpin
biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.
Sedangkan menurut Handoko dan
Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (p. 304):
·
Pemimpin
kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
·
Komunikasi
hanya satu arah yaitu kebawah saja.
·
Pemimpin
cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap
anggota.
·
Pemimpin
mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan
keahliannya
2. Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan
demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan
demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan
mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006, p. 61).
Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya
kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung
mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan
kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode
kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu
kesempatan untuk melatih karyawan(p. 460). Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan
knowledge dan kreativitas untuk
meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan
dapat menjadi motivator
bagi karyawan dalam bekerja (p.203).
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, pp.
196-198):
·
Semua
kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin.
·
Kegiatan-kegiatan
didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika
dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih
alternatif prosedur yang dapat dipilih.
·
Para anggota bebas bekerja dengan
siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
Lebih lanjut
ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p.
304):
·
Lebih
memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
·
Menekankan dua
hal yaitu bawahan dan tugas.
·
Pemimpin adalah
obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi
seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak
pekerjaan.
3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya
kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan
memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai
(Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
Menurut
Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :
·
Kebebasan
penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari
pemimpin.
·
Bahan-bahan
yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap
bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
·
Sama
sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
·
Kadang-kadang
memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak
bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali
bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
·
Pemimpin
membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
·
Pemimpin
hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
·
Bawahan
dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal
yang mereka anggap cocok.
Contoh kasus;
MERDEKA.COM. Wakil Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan kenaikan Upah Minimum Provinsi
(UMP) DKI Jakarta tergantung survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Namun, Ahok
memastikan kenaikan UMP tidak mencapai 30 persen sesuai dengan tuntutan para
buruh.
"Ya
enggak bisa, sekarang berdasarkan KHL saja. Kalau survei hidup layak tidak naik
tinggi, ya enggak naik tinggi. Kan kita juga mesti menjaga jangan sampai tutup
kan usahanya," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (2/10).
Kepala
Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta Priyono berharap survei KHL dapat selesai pada
bulan ini sehingga pada awal November nanti sudah dapat ditandatangani gubernur
sebagai acuan penetapan UMP pada 2015 mendatang.
Dia
memastikan UMP tahun depan alami kenaikan. Namun, Priyono belum mengetahui
besaran kenaikan tersebut. Pasalnya, Pemprov DKI Jakarta masih harus berdiskusi
dengan dewan pengupahan dan para serikat pekerja.
"Kenaikan
pasti ada, tapi berapa persen harus dihitung dulu. Dasarnya kan ada inflasi,
pertumbuhan ekonomi dan produktivitas," kata Priyono. (https://id.berita.yahoo.com/ahok-pastikan-ump-tahun-depan-naik-130300810.html)
Analisis kasus;
Basuki
Tjahaja Purnama sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta memang telah menunjukkan
karakter pribadi yang tegas, bijak, lugas, dan terbuka kepada publik. Biarpun ada
pihak yang menolak pelantikannya sebagai gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko
Widodo, beliau tetap tidak goyah pada pendiriannya.
Dalam
kaitannya dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta, Ahok memastikan
adanya kenaikkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau memperhatikan nasib
buruh dan akan menyejahterakannya. Langkah yang diambilnya ini menurut saya
dianggap bijak karena beliau melakukan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
terlebih dahulu sebelum menaikkan UMP agar keputusan pemerintah DKI Jakarta
tidak salah sasaran.
Sumber-
Setiawan, Budhi dan Eddy Madiono
Sutanto. 2000. "Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam
Upaya Meningkatnkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di
Toserba Sinar Mas Sidoarjo". Jurnal Managemen dan Kewirausahaan. Vol. 2,
No. 2 September 2000: 29-43.
Situmorang, Nina Zulida. 2011.
"Gaya Kepemmpinan Perempuan". Proceeding PESAT (Psikologi,
Ekonomi, Sastra, Arsitektur dan Sipil) Universitas Gunadarma.
Vol. 4 Oktober 2011.
Tampi, Gina Sheelsa. 2013. "Kepemimpinan
dan Kompensasi Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan
dan Dampaknya terhadap Organization Citizenship
Behavior". Jurnal EMBA. Vol. 1 No. 3 Juni 2013, Hal. 921-929.
Yusmardi, dkk. 2002. "Dasar
dasar Kepemimpinan dalam Pelaksanaan Keselamatan Kerja di Pabrik".
Jurnal
R & B. Volume 2 Nomor 1, Maret 2002.
http://xiaolichen14.wordpress.com/2013/11/24/psikologi-manajemen/