Kamis, 02 Oktober 2014

Psikologi Manajemen #

Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to manage yang secara umum berarti mengurusi. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”.
Untuk mengartikan dan mendefisikan manajemen dari berbagai literartur dapat dilihat dari tiga pengertian, yaitu :
1.      Manajemen Sebagai Suatu Proses
Melihat bagaimana cara orang mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih   dahulu. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat menurut:
·       George R.Terry
Manajemen adalah cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu melalui kegiatan orang lain.
·         Haiman
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
·         Stoner
Stoner mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan sumber-sumber organisasi lainnya untuk mancapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
·         Mary Parker Follet
Mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni untuk melakukan sesuatu melalui orang lain.
2.      Manajemen Sebagai Suatu Kolektivitas
Yaitu merupakan suatu kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk untuk mencapai tujuan bersama. Kumpulan orang-orang disini menunjukan adanya tingkatan kepemimpinan (pimpinan atas, menengah dan bawah). Pendapat ini dikemukakan oleh Henry Fayol.
3.      Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni
Manajemen sebagai suatu ilmu karena telah dipelajari sejak lama dan menjelaskan tentang gejala-gejala, gejala-gejala diteliti dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu menggunakan bantuan disiplin ilmu lainnya seperti ilmu sosial, filsafat, matematik dan statistic dan lain sebagainya.
Dalam praktek, istilah manajemen dipakai dalam organisasi yang lebih besar dan berdiri sendiri dan dapat dibedakan dengan jelas dari organisasi lain.

Kepemimpinan
Dalam kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan.
Ralph M. Stogdill mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: kepemimpinan manajerial adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok (Stoner, 1986:114). Sementara itu menurut A.M. Kadarman, Sj dan Jusuf Udaya kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai kelompok (Kadarman et.al, 1992:110). Menurut Kae H. Chung dan Leon C Megginson kepemimpinan didefinisikan sebagai kesanggupan mempengaruhi prilaku orang lain dalam suatu arah tertentu (Kossen, 1986:181).
Sedangkan menurut Edwin A. Fleishman kepemimpinan diartikan suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan (Gibson, Ivancevich and Donnely, 1987:263). Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk tercapainya suatu tujuan tertentu.
Adapun dua aspek bagi seorang manajer dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu antara lain:
1.      Fungsi kepemimpinan
Yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin di lingkungan kelompoknya agar secara operasional berhasil guna. Seorang pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu:
fungsi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi sosial/pemeliharaan kelompok. Fungsi yang berkaitan dengan tugas dapat meliputi pemberian perintah, pemberian saran pemecahan dan menawarkan informasi serta pendapat. Sedangkan fungsi pemeliharaan kelompok/fungsi sosial meliputi semua hal yang membentuk kelompok dalam melaksanakan tugas operasinya untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sebagai suatu misal persetujuan dengan kelompok lain, menengahi ketidaksepakatan kelompok dan sebagainya. Pemimpin yang berhasil menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik adalah pemimpin yang berhasil.
2.      Gaya kepemimpinan
Yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
·         Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
·         Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
·         Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai dengan keinginannya.
·         Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut.
·         Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada bawahan.
·         Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
·         Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling menghormati di antara sesama anggota kelompok

            Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) (p. 406).
1.      Gaya Kepemimpinan Autokratis
      Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi (p. 61).
      Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan (p. 460). Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (pp. 196-198):
·         Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
·         Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
·         Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.


      Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (p. 304):
·         Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
·         Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
·         Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
·         Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya
2.      Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
      Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006, p. 61).
      Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan(p. 460). Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja (p.203).
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, pp. 196-198):
·         Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
·         Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
·         Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.



Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
·         Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
·         Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
·         Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
3.      Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :
·         Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
·         Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
·         Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
·         Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
·         Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
·         Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
·         Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.
Contoh kasus;
MERDEKA.COM. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta tergantung survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Namun, Ahok memastikan kenaikan UMP tidak mencapai 30 persen sesuai dengan tuntutan para buruh.
"Ya enggak bisa, sekarang berdasarkan KHL saja. Kalau survei hidup layak tidak naik tinggi, ya enggak naik tinggi. Kan kita juga mesti menjaga jangan sampai tutup kan usahanya," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (2/10).
Kepala Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta Priyono berharap survei KHL dapat selesai pada bulan ini sehingga pada awal November nanti sudah dapat ditandatangani gubernur sebagai acuan penetapan UMP pada 2015 mendatang.
Dia memastikan UMP tahun depan alami kenaikan. Namun, Priyono belum mengetahui besaran kenaikan tersebut. Pasalnya, Pemprov DKI Jakarta masih harus berdiskusi dengan dewan pengupahan dan para serikat pekerja.
"Kenaikan pasti ada, tapi berapa persen harus dihitung dulu. Dasarnya kan ada inflasi, pertumbuhan ekonomi dan produktivitas," kata Priyono. (https://id.berita.yahoo.com/ahok-pastikan-ump-tahun-depan-naik-130300810.html)
Analisis kasus;
Basuki Tjahaja Purnama sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta memang telah menunjukkan karakter pribadi yang tegas, bijak, lugas, dan terbuka kepada publik. Biarpun ada pihak yang menolak pelantikannya sebagai gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo, beliau tetap tidak goyah pada pendiriannya.
Dalam kaitannya dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta, Ahok memastikan adanya kenaikkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau memperhatikan nasib buruh dan akan menyejahterakannya. Langkah yang diambilnya ini menurut saya dianggap bijak karena beliau melakukan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) terlebih dahulu sebelum menaikkan UMP agar keputusan pemerintah DKI Jakarta tidak salah sasaran.
Sumber-
Setiawan, Budhi dan Eddy Madiono Sutanto. 2000. "Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam
Upaya Meningkatnkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo". Jurnal Managemen dan Kewirausahaan. Vol. 2, No. 2 September 2000: 29-43.
Situmorang, Nina Zulida. 2011. "Gaya Kepemmpinan Perempuan". Proceeding PESAT (Psikologi,
Ekonomi, Sastra, Arsitektur dan Sipil) Universitas Gunadarma. Vol. 4 Oktober 2011.
Tampi, Gina Sheelsa. 2013. "Kepemimpinan dan Kompensasi Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan
dan Dampaknya terhadap Organization Citizenship Behavior". Jurnal EMBA. Vol. 1 No. 3 Juni 2013, Hal. 921-929.
Yusmardi, dkk. 2002. "Dasar dasar Kepemimpinan dalam Pelaksanaan Keselamatan Kerja di Pabrik".
                      Jurnal R & B. Volume 2 Nomor 1, Maret 2002.
http://xiaolichen14.wordpress.com/2013/11/24/psikologi-manajemen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar