BUDAYA INDONESIA
YANG HILANG
Indonesia
kaya akan budaya
Beragam banyak pulau,beragam pula kebudayaannya
Namun kebudayaan itu telah hilang
Banyak kebudayaan luar yang silir berganti
Dimanakah jati diri Indonesia?
Akankah jati diri itu kembali lagi?
Tapi sayangnya semuan itu hanya mimpi
Banggkit,bangkit lah Indonesia
Bertahun-tahun pejuang membela tanah air Indonesia
Untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia
Dia berbaring,tetapi bukan tidur
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata,kita sedang perang
Kedua lengannya memelik senapan
Menagkap sepi padang senja
Wahai pemuda-pemudi Indonesia
Hargailah kebudayaan Indonesia
Janganlah kalian malu mengakui
Bahwa itu kebudayaan Indonesia
Karena kebudayaan itu aset negara
Beragam banyak pulau,beragam pula kebudayaannya
Namun kebudayaan itu telah hilang
Banyak kebudayaan luar yang silir berganti
Dimanakah jati diri Indonesia?
Akankah jati diri itu kembali lagi?
Tapi sayangnya semuan itu hanya mimpi
Banggkit,bangkit lah Indonesia
Bertahun-tahun pejuang membela tanah air Indonesia
Untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia
Dia berbaring,tetapi bukan tidur
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata,kita sedang perang
Kedua lengannya memelik senapan
Menagkap sepi padang senja
Wahai pemuda-pemudi Indonesia
Hargailah kebudayaan Indonesia
Janganlah kalian malu mengakui
Bahwa itu kebudayaan Indonesia
Karena kebudayaan itu aset negara
Reformasi Budaya
Bangsa kita kaya akan budaya
Budaya di banngsa kita kaya
Berbudayakah bangsa kita
Budaya siapakah dia
Reformasi… .
Kebebasan berekspresi
Kebabasan membuka diri
Kebebasan tuk memberi
Reformasi… .
Haruskah budaya juga
Kebebasan yang ada semkin tak terjaga
Bebas tapi terpenjara
Ada budaya di bangsa kita
Yang harus di ubahkan
Ada budaya di bangsa kita
Yang harus di lestarikan
Budaya harus kita jaga agar tak ternodai
Jangan budayakan korupsi
Budayakan puisi
Budayakanlah seni
Budaya yang ada sedikit yang murni
Budaya yang murni sedikit ada
Hati nurani kadang berkata
Inikah budaya bangsa
Bangsa yang kaya akan budaya
Bangsa yang selalu berjaya
Bangsa kita harus berjaya
Bangsa kita harus berbudaya
Mari generasi muda bangsa
Kita jaga dan hormati budaya bangsa
Bukan budaya para penguasa
Budaya yang harus dijaga adalah budaya bangsa
Budaya berasal dari Budi dan Daya
Akal sehat tuk berkarya
Membangun nusa dan bangsa
Membawa Kehormatan bangsa
Bangsa kita kaya akan budaya
Budaya di banngsa kita kaya
Berbudayakah bangsa kita
Budaya siapakah dia
Reformasi… .
Kebebasan berekspresi
Kebabasan membuka diri
Kebebasan tuk memberi
Reformasi… .
Haruskah budaya juga
Kebebasan yang ada semkin tak terjaga
Bebas tapi terpenjara
Ada budaya di bangsa kita
Yang harus di ubahkan
Ada budaya di bangsa kita
Yang harus di lestarikan
Budaya harus kita jaga agar tak ternodai
Jangan budayakan korupsi
Budayakan puisi
Budayakanlah seni
Budaya yang ada sedikit yang murni
Budaya yang murni sedikit ada
Hati nurani kadang berkata
Inikah budaya bangsa
Bangsa yang kaya akan budaya
Bangsa yang selalu berjaya
Bangsa kita harus berjaya
Bangsa kita harus berbudaya
Mari generasi muda bangsa
Kita jaga dan hormati budaya bangsa
Bukan budaya para penguasa
Budaya yang harus dijaga adalah budaya bangsa
Budaya berasal dari Budi dan Daya
Akal sehat tuk berkarya
Membangun nusa dan bangsa
Membawa Kehormatan bangsa
2. PROSA
Prosa Lama :
Fabel
Angkaro dan Tunturana
Dua kor kepiting, Angkaro dan Tuturana,
bersahabat karib. Mereka tinggal bersama di pinggir laut,
di balik bebatuan. Mereka bersembunyi karena takut pada
orang-orang yang mencari ikan dan kepiting. Apabila laut pasang, mereka bermain
tanpa takut akan ditangkap manusia.
Pada suatu malam, ketika bulan purnama,
Angkaro dan Tuturana keluar menikmati keindahan alam.
” Sahabat, bagaimana kalau kita hiasi
punggung kita agar kelihatan menarik ?” kata Angkaro.
”Bagus sekali idenya. Kita memang perlu
mempercantik diri agar kelihatan menarik. Tapi, bagaimana caranya ? ” tanya
Tuturana.
”Bagini.”sahut Angkaro, ”Kita lukis
punggung kita dengan cat warna-warni yang menarik.”
” Wah, menarik sekali.Bagaimana kalau
aku dulu yang dilukis. Boleh atau tidak ? tanya Tuturana.
”Baiklah.”kata Angkaro.
Angkaro mulai mengukir punggung
Tuturana. Punggung Tuturana dihiasi dengan bulatan-bulatan dari muka ke
belakang, dan dari atas ke bawah. Lukisan itu sangat mempesona.
”Sudah selesai sahabat.”kata Angkaro.
Tuturana bercermin pada di air laut yang
jernih.
“Bagus, bukan?”tanya Angkaro.
“Bagus sekali. Terima kasih
sahabat.”kata Tuturana,
”Sekarang giliranku.”kata Angkaro.
Tiba-tiba air laut surut. Datanglah
pencari ikan membawa obor. Kedua ekor kepiting itu pun terkejut. Berlarilah
mereka untuk menghindari bahaya.
”Maaf, sahabat. Orang-orang sudah datang
untuk menangkap kita. Tidak ada waktu lagi untuk melukis punggungmu.” kata
Tuturana.
”Tidak punggungku harus kamu ukir !”
teriak Angkaro.
Melihat obor-obor semakin dekat,
Tunturana menggambari punggng Angkaro dengan dengan kuas dan cat tanpa bentuk.
Punggung Angkaro sekarang penuh dengan garis tidak karuan karena tergesa-gesa
hendak menyelamatkan diri.
Angkaro terpaksa
menerima keadaan. Keduanya berkawan dalam bentuk yang amat berbeda: Tuturana
cantik dan Angkaro jelek.
Hikayat
Hikayat Amir
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang
saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir.
Amir tidak uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi
ayahnya. Karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya. Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit.
Semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk
pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah.
Sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa
lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan
kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah.Usahakan
engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan
turuti nasihatmu.”
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu
Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk
mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari,
tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertmu dengan
Nasrudin, seorang menteri yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan pemuda
yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat
demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan
begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit
dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari.
”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun
memberi pijaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana
dilakukan ayahnya dulu.
Amir lalu berjualan
makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang hari, Amir
menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia
berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin
maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.
Sumber :
Bina Bahasa dan Sastra Indonesia
kelas IV: Erlangga
Aku Cinta Bahasa
Indonesia kelas IV , Tiga Serangkai
http://karismawuri.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar